Rabu, 02 Maret 2011

curhat malam

matahari yg kulihat berbeda dengan yg kau lihat
matahariku redup dengan panas yg menikam
udara pagi seakan usirku pergi
awal bagimu, tidur bagiku

dingin malam yg menusuk tulang
bagi sahabat bagi jiwa ku yg sepi
teman sejati meski sering menyakiti
sedingin belaian dingin tak beradab

aku mungkin hina dan di hinakan
tapi aku terlanjur hina dan tetap hina
aku sampah
aku nista

aku sedih kau tak perduli
aku sakit kau tak tersentuh
aku nista bukan cita-cita
aku nista hanya karna kalian lebih mulia

ini hati untukmu sahabatku

haru pilu di saat kita biru
kita tak lugu tak juga dungu
hanya gila mencoba hal yg baru
hal yg tabu di kejar rasa ingin tau

hariku harimu dulu jadi satu
diceritamu ada aku, diceritaku pasti ada kamu
hitam putih ingin ku tulis di hidupku
kita raja, kita merdeka

tak ada yg tak di bagi dua
luka kita bagi rata berdua
dunia senja kita, awal kita berkelana
berpesta di tengahnya malam

terbit tengelam martahari cepat berlalu
tak kurasa hari menuakan aku
ku mulai jemu dengan langkahku
aku mulai berhenti tentukan tempat singahku

kau tetap berlalu dengan hidupmu kawanku
di jalan yg dulu, masih seperti dulu
hingga kita berpisah di pagi baru
saat matahari bangunkanku dan kau masih di tidurmu

perpisahan kita tak seindah hari kita
sempat kau ragukanku,
dan sumpahanmu buat langkahku berat berlalu
tanpa lambayan tanganmu aku berlalu

entah mengapa langkahku ini mengajakku pergi
menengok jalan masa lalu ceritaku
melihat goretan yg kubuat dulu
setelah bertahun-tahun berlalu

kulihat disudut gelap ada bangkai yg bernyawa
sampah usang tak berguna dan di pandang hina
dengan raut wajah yg ku kenal
dia sahabatku yg langsung kupeluk dengan jiwaku

ceritaku dan kamu kita urai dari yang kini hingga yg berlalu
tak kusangka kau tetap dijalan itu
sedih hatiku melihatmu, ku ulurkan tanganku
tapi kau tampar dengan gaya ngak butuh

kini aku diduniaku dan kau di duniamu
kauhina aku dengan duniaku
dan aku pilu dengan duniamu
aku pun berlalu dengan lukaku teman

dengan hari yang baru ku ingin menemuimu
dengan sejuta harapan baru inginku ajak kamu
dengan sejuta pula badai menerpaku saat itu
tak sangup aku berdiri, rebahkan tubuhku

hari ini kawan aku meliat jasatmu
jasatmu tak bernyawa di depan mata
kau yg mati dibunuh yg kau suka
kau yang mati dikerumuni nista

padahal baru kemarin kau dipelukku
masih terasa jelas aroma tubuhmu, panasnya tubuhmu
terhenti semua kata-kataku hanya ada air mata
air matalah yg bisa ceritakan semua

inikah pertemuan akhir kita kawan
hari itu adalah hujan terdasyat di hidupku
hujan yg menghentikan cerita kita
melihat sahabat ku menjadi bangkai

slamat jalan kawanku
aku di sini pasti merindukanmu
dukaku saat itu pasti hanya kau yg tau
ku abadikan namamu dalam hidupku

ini hatiku untukmu sahabatku

topeng gagak mati

kini zamanku telah berganti
tak ada lagi seutas tali
tempat mengantungkan jiwa dan hati
saat nyata dan ilusi saling menutupi

kau tak nyata tapi dipercaya
oleh meraka sekumpulan sapi gila
yang ikut kemana arah hidungnya
mereka bahkan tak tau apa itu nyata

seseorang bertopeng gagak mati
yang berbicara sepeti dapat bisikan dari yg tinggi
kau salah kau benar atau hidup dan mati
tergantung oleh bisikan gagak mati

aku cukup gila karna aku berbeda
aku tak percaya makanya aku gila
mati ketawa melihat orang orang disana
menyembah bangkai sebagai tuan dan arahnya

gagak mati hamya kedok sebuah ilusi
ilusi yang bisa mengajak mereka bermimipi
yang pasti sat mereka sadari
gagak mati tidak bernyanyi

Selasa, 01 Maret 2011

lilin dalam gelas


kau sosok sederhana
kala gelap mulai membahana
kau bukan ancaman bagiku
dan kau seperti lidi di hadapan pedang

tapi gelap tak redupkanmu
kau tetap jadi tujuan mata mata sunyi
kau pelabuhan harapan
setitik kasih sayang tanpa menyakiti

tiupan angin cukup menakutkan
tapi itu hanya mampu goyangkan langkahmu
jangan mati kata harap sejuta mata
kau dan hanya kau yg bisa

biasa buktikan bahwa kita tidak buta
bisa buktikan bahwa kita masih berharap
bisa tunjukan sebuah sudut yg berbeda
saat semua mata hampir buta

lilin dalam gelas
sepercik harapan meski hanya sekilas
meski cahaya slalu mudar membias
tapi kau wujud nyata hati yg iklas